Kalian semua pasti pernah menonton film Bollywood. Ya, kita semua pasti sering nonton film India yang suka diputar di TV. Namun selama ini yang kita tahu film Bollywood hanya menampilkan film dengan cerita yang genre-nya romance. Belum lagi dengan tarian, nyanyian, serta goyangan khas ala India-nya. Jarang sekali ada film Bollywood yang bercerita tentang pendidikan, politik, maunpun genre lainnya. Akan tetapi ternyata ada lho film Bollywood yang genre-nya pendidikan serta komedi yang unik.
Namanya adalah " 3 Idiots ".
Dari kiri ke kanan: Farhan, Rancho, dan Raju |
Begitu kita melihat judul film ini, pasti kita heran. Film ini kan genre-nya edukasi (pendidikan), kenapa judulnya 3 Idiots?
Eitss... jgn salah paham dulu....
Film ini bukan bercerita tentang 3 anak idiot, tetapi bercerita tentang kehidupan 3 mahasiswa unik pada suatu kampus di India.
1. Terlatih atau Terdidik?
Mereka bertiga kuliah di Imperial College of Engineering (ICE). Persaingan di kampus ini sangat ketat, itu semua karena kebijakan rektornya (Viru Sahastrabuddhe) yang lebih mementingkan kompetisi tanpa memahami makna pendidikan yang sebenarnya. Jadi selama di kampus ini, para mahasiswa hanya disuruh untuk bersaing gila-gilaan, belajar gila-gilaan (bukan belajar aslinya, tapi menghafal sebanyak-banyaknya), tanpa memahami apa yang selama ini mereka pelajari. Sampai suatu hari Rancho mengkritik sistem pendidikan gila-gilaan itu dan membuat sang rektor murka. Setelah itu, dia disuruh mengajarkan apa itu engineering di hadapan semua mahasiswa. Maka Rancho pun menyuruh semua orang untuk mencari arti dari 2 kata yaitu Farhanitrate & Prerajulisation. Semua orang diberi waktu 1 menit. Setelah waktu habis, ternyata tidak ada yang bisa menemukan apa arti dari kedua kata itu. Bahkan sang rektor pun tidak menemukan arti kata tersebut. Karena tidak ada yang menemukannya, sang rektor pun bertanya apa sebenarnya arti dari kedua kata itu. Rancho pun menjelaskan bahwa 2 kata itu sebenarnya hanya plesetan dari kedua sahabat Rancho yakni, Farhan dan Raju. Sontak para mahasiswa pun tertawa. Rancho pun berkata,
“ Hari ini kita belajar hal baru. Di sebuah sirkus kita melihat, bahwa singa-singa di sana adalah “well-trained (terlatih)” , tapi tidak “well-educated (terdidik) ”. Saya tidak mengajari Anda tentang engineering karena Anda sudah ahli. Tapi saya mengajari Anda ‘cara mengajarkan engineering’….”
2. Hafal atau Paham?
Ini gambaran pendidikan pada umumnya. Kebanyakan orang hanya bisa menghafal tanpa memahami apa maksud dari yang mereka pelajari. Jika hanya menghafal, semua orang pun bisa. Tidak ada bedanya dengan menyontek, jika kita menghafal dari buku, itu sama saja kita menyontek dari buku lalu menghafalnya. Contohnya, ketika kalian disuruh menjelaskan apa itu ideologi...
Biasanya sekarang kita tinggal cari definisinya baik di buku atau browsing lalu kita hafal dan kita sampaikan pada guru kita. Tetapi bila guru kita bertanya menurut kalian apa arti ideologi itu yang sebenarnya. Maka guru itu meminta kita menjelaskan secara spontan apa yang ada dipikiran kita, dan bukan dari buku. Persis seperti kata Rancho...
" Menghafal mungkin akan menghemat 4 tahun waktumu di kampus, tapi itu akan menyiksamu untuk 40 tahun ke depan "
Jadi, belajar itu bukan hanya menghafal tapi memahami. Jika kita paham, mau ditanya berapa kalipun kita dapat menjawabnya dengan sangat memuaskan. Karena kita paham atau mengerti. Selain itu, biasanya kita akan memahami sesuatu setelah kita menerapkannya atau sembari menerapkannya. Contohnya cara memasak spaghetti. Mungkin pertama kali kita harus mengikuti petunjuk pada buku masakan, tetapi jika kita terbiasa melakukannya dan menjadi ahli, untuk apa lagi menghafal? Jadi, kita bisa karena biasa dan biasa karena bisa.
3. Nilai atau Pengetahuan?
Lebih memilih manakah kalian? nilai atau pengetahuan? Jika kalian memilih nilai, segala cara bisa kita lakukan untuk mendapatkan nilai terbaik dalam ujian. Mungkin sekarang orang lebih menghargai nilai dibanding pengetahuan. Jika ada orang - orang yang nilainya rendah, maka mereka dicap buruk oleh sekolah. Padahal belum tentu mereka itu buruk. Nilai bisa disebut juga gelar, penghargaan, atau penghormatan kepada seseorang. Akan tetapi pernahkah kalian melihat bahwa orang itu tidak layak menyandang gelar itu? Mungkin gelarnya bagus tetapi untuk apa gelar itu jika sifatnya sombong dan licik? Dia rela menghalalkan segala cara hanya untuk kepentingan dirinya tanpa memperdulikan norma-norma atau etika yang berlaku. Ya, tokoh yang cocok dengan karakteristik tersebut hanya The Silencer (Chatur). Biasanya para koruptor dan oknum - oknum juga suka berambisi seperti ini. Jangan di tiru ya...
Dan bagaimana jika kalian lebih memilih pengetahuan? Kalian suka film Action? Pernah nonton film Bruce Lee dengan gaya kungfu khasnya (Jeet Kune Do)? Kita semua tahu kalau Bruce Lee adalah seorang legenda dan ahli kungfu dunia. Dia menjadi seorang ahli kungfu bukan hanya dia belajar kungfu selama bertahun - tahun saja, tetapi dia juga melakukan studi banding terhadap beladiri lainnya seperti Karate, Taekwondo, MuayThai, dan beladiri lainnya. Bagi Bruce Lee tidak ada batasan dalam belajar dan berlatih. Hal ini sama persis seperti apa yang dikatakan oleh Ranchodas...
Rancho : " Jangan mengejar kesuksesan, kejarlah kesempurnaan. Maka kesuksesan akan mengejarmu ".
Bruce Lee : “Jika kamu selalu membatasi semua yang kamu lakukan, baik fisik atau hal lainnya, maka hal itu akan terbawa dalam pekerjaan dan kehidupanmu. Aku ingatkan, sesungguhnya tidak pernah ada batasan! Saat kamu telah mencapai dataran tinggi, kamu tidak boleh tinggal di sana, kamu harus melampauinya.”
Kata - kata ini bermakna agar kita jangan cepat puas bila menguasai suatu ilmu, karena ilmu itu seperti lautan yang takkan pernah habis (Al - Kahfi ayat 109). Kita harus menjadi lebih baik dengan ilmu yang kita peroleh kemarin dan harus menjadi lebih baik lagi ke depannya. Jadi, jangan pernah merasa sudah hebat. Akan tetapi, berusahalah untuk menjadi yang terhebat.
4. PEDE AJA!!!
Jujur saja, terkadang kita semua pasti pernah merasa gugup atau cemas dengan suatu keadaan baik karena suatu alasan atau tanpa sebab yang jelas. Itu wajar, hati manusia memang suka khawatir. Tetapi bukan berarti kita harus menjadi pesimis dan pasrah tanpa melakukan apapun. Terkadang kita harus optimis dengan apa yang ingin kita mulai tanpa mempedulikan apapun komentar dari masyarakat. Jika orang lain bisa, kenapa kita bisa? Adakah manusia yang bodoh? Tidak ada. Seseorang hanya malas dan takut mencoba, makanya dia menjadi bodoh.
Jika niat kita baik, pasti hasilnya akan baik. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, jika kita cemas katakan pada hati kita, " All is Well (semua akan beres) " .
Jangan sampai mindset serta hatimu merubah siapa dirimu yang sebenarnya...
cukup sekian petuah kali ini.... dan semoga bermanfaat bagi kalian....
thanks for your attention....
bye.... :D
0 komentar:
Posting Komentar